Budaya Tionghoa, dengan sejarah yang panjang, terdiri dari banyak sub-budaya. Cara hidup pertanian, berpusat di sekitar beras, telah memainkan peran penting dalam sejarah negara.
Selama ribuan tahun, orang Tionghoa telah rajin mengolah tanah. Darah, keringat dan air mata telah ditumpahkan di wilayah mereka untuk mencari tanaman yang baik. Ketergantungan pada tanah selama ribuan tahun ini mewakili esensi pedesaan Cina yang kuat.
Kebutuhan akan produksi beras telah membuat orang Tionghoa memberikan perhatian khusus pada teknologi irigasi, meningkatkan budidaya. Cara hidup pertanian, yang berpusat pada beras, memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik dan ideologi Tiongkok kuno. Dalam pengertian ini, budaya tradisional Tionghoa dapat dianggap sebagai "tanaman padi".
Saat menelusuri situasi beras dalam budaya Tionghoa, serangkaian peristiwa menjadi nyata. Menurut Profesor Zhang Deci, seorang ahli budidaya padi, pertama kali orang-orang yang hidup terutama dari berburu, memancing dan mengumpulkan buah-buahan mulai meninggalkan benih di dataran rendah. Belakangan, orang-orang ini mulai mengembangkan lahan sehingga lebih cocok untuk pertanian.
Penyiangan, penanaman padi, dan irigasi berasal dari wilayah Lembah Sungai Kuning di utara, dan wilayah Cekungan Hanshui di barat laut.
Sampai saat ini, jejak beras telah ditemukan di Hemudu dari Yuyao, Provinsi Zhejiang, Yangshao dari Mianchi, Provinsi Henan, Dachendun dari Feidong, Provinsi Anhui, Miaoshan dari Nanjing, dan Xianlidun dari Wuxi, Provinsi Jiangsu, Qianshanyang dari Wuxing, provinsi Zhejiang, Qujialing dan Zhujiazui dari Jingshan, Shijiahe dari Tianmen, dan Fangyingtai dari Wuchang di provinsi Hubei.